Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

CASUISTRY - Melihat Dengan Mata Satu - Ka Fa Ra

AN21 Jumadi Akhir 1423

Casuistry ( kezh-oo-uh-strii ):
Berspekulatif, muslihat, rasionalitas subjektif, khususnya pada hal-hal yang menyangkut moralitas; aplikasi kelicikan dan kebohongan pada tatanan prinsip-prinsip; membuat yang sederhana menjadi rumit.

“Sistem Casuistry Babylonia adalah sistem rasionalisasi untuk melegalkan apa-apa yang tidak legal dilakukan secara moral”



Casuistry adalah proses aplikasi prinsip untuk membuat benar apa yang salah dalam menentukan yang benar dan salah dalam suatu kasus. Kata “casuistry” berasal dari kata “cases”, merasionalkan yang tidak rasional, untuk mencari alasan agar perbuatan batil dibenarkan.  Pada awal 1999,  biografer Bill Clinton, David Maraniss, pembelaannya terhadap Clinton terlihat di semua talk show di tv, bahwa Clinton berhutang padanya terhadap kemampuannya membela kriminal (Clinton) didepan umum. Berkat mata kuliah casuistrynya di Georgetown University.

Casuistry adalah ilmu yang umurnya tua setua bumi karena Qabil adalah casuist pertama di dunia. Konsep casuistry ini berdasarkan bukti terdapat di Babylonia, di saat masa pengasingan Banu Israel. Ketika menaklukan Roma, Konstantin membawa serta casuistry bersama agama Nasrani.

Casuis jesuit (ahli casuistry penyembah Yesus), Antonio Escobar, melegalkan perbuatan batil asalkan untuk tujuan mulia. Pada tahun 1627 dia menyatakan, “kemurnian niat akan melegalkan cara-cara yang pada dasarnya berlawanan dengan moral dan hukum manusia.” Hermann Busenbaum, menyetujui pernyataan Escobar dan menambahkan “cum finis estlicitus, etiam media sunt licita,” “Jika tujuannya legal, maka cara-caranya juga legal.” Escobar dan Busenbaum menyatu dalam intisari doktrin terorisme, “Hasil akhir menghalalkan segala cara!”

Casuistry menghalalkan riba. Walaupun dalam Bible Yesus menyatakan, “Cintailah musuhmu, dan berbuat baiklah, dan pinjami mereka, dengan tidak mengharapkan imbalan (bunga), dan pahalamu akan besar, kamu akan menjadi tinggi derajat, karena kamu berbuat baik pada orang yang berbuat jahat. “ –Luke 6:35.

Para bankir Jesuit selalu menerapkan bunga tinggi. Pendeta Gury menerangkan prinsipnya, “Jika kamu meminjamkan 100 Franc, pada dasarnya kamu kehilangan 10 Franc,  sehingga sebenarnya kamu meminjamkan 110 Franc, oleh karena itu kamu berhak atas pengembalian hutang sebesar 110 Franc.”

Casuistry telah mensetel nilai moral ekonomi dunia. Dalam ‘Universae Eheologiae Moralis’(Catholic Moral Theology, 1652-66),  Antonio Escobar menyatakan, “Menaikkan nilai sedikit bukan merupakan dosa ketika harga resmi pada komoditas tertentu sangatlah rendah sehingga para pedagang bisa bangkrut.”

Dengan alasan ini Jaringan Bank Central yang dimulai dan diprakarsai oleh Ksatria Templar dan dikembangkan oleh masyarakat penyembah Yesus (Jesuit), telah memanipulasi nilai-nilai moneter dimana itu merupakan hak berdaulat sebuah negara yang berdaulat. Nilai alat tukar sesungguhnya, nilai intrinsik, yang terdapat dalam koin emas dan perak mereka hilangkan dengan menerapkan mata uang intangible, mata uang yang tidak memiliki nilai intrinsik yaitu credit yang dicatat pada secarik kertas yang disebut bank note. Sebagai penguasa dominan saat itu, Kepausan Roma bukannya bersandar pada sabda Allah, SWT, namun bersandar pada casuistry Escobar, yang berdampak pada pedagang dengan berbuat curang satu sama lain.

“Kalian tidak boleh berbuat tidak baik dalam keadilan, dalam setiap meter, dalam setiap berat, dalam setiap ukuran, keseimbangan yang adil, berat yang adil, ephah yang adil, hin yang adil, itulah yang kalian pertahankan: Akulah Tuhan yang mengeluarkan kalian dari Mesir. Levictus:19-35,36   

Keadaan ini membawa konsekuensi sosial. Ketika memberi timbangan ringan menjadi kebijaksanaan, dimana paradigma lebih berdaulat dari transaksi jual beli yang adil dan bebas. Ini mempengaruhi hubungan antar manusia, teman dalam persahabatan, pernikahan, dan keluarga, akan berdasarkan kepada timbangan yang ringan pula. Hasilnya adalah frustasi, disfungsional transaksi emosional, dan menjauhi tatanan sosial yang benar, normal dan fitrah. Ini menyebabkan kerusakan masyarakat, ya itulah yang diharapkan, karena, merupakan tugas seorang ‘Pontifex Maximus’, untuk  menertibkan masyarakat (membuat hukum).

Jesuit adalah pemelihara gereja, para pastur dan pendeta, guru yang moralnya diragukan, yang suka mengelabuhi, membuat konspirasi, menipu dan meresahkan masyarakat dimana mereka tidak mau mengakuinya secara verbal. Karakter mereka ini seperti milisia dalam keadaan perang, seperti tindakan Paus III, ‘Regimini militantis ecclesiae’, sebuah deklarasi perang terhadap masyarakat. Kehidupan manusia dalam keadaan perang menjadi subjek hukum perang terbesar yaitu, ‘belli legum dormit’, dalam perang, hukum itu tidak ada. “Ketika hukum tidak ada, maka senjata utama para pendeta adalah intrik, konspirasi, muslihat, casuistry, dan kemunafikan. Aha, sama dengan Kaballah, 'Tuhan itu ada, namun Dia tidak sadar', atau postular Luciferian, 'Love is the Law, Love Under Will'.
0 Komentar untuk "CASUISTRY - Melihat Dengan Mata Satu - Ka Fa Ra"

Back To Top